Sains, Kreativitas, dan Cinta Lingkungan dalam Sepotong Kain

Tangerang (26/11/25) — Pembelajaran IPA kelas IV hari ini terasa berbeda. Tidak ada buku tebal atau rumus panjang, melainkan kain putih, daun berwarna, dan bunga segar yang memenuhi lapangan sekolah GenIUS untuk membuat ecoprint, teknik mentransfer warna dan bentuk tumbuhan secara alami ke permukaan kain. Aktivitas ini menjadi pengalaman nyata yang menggabungkan sains dengan seni, sekaligus membangun rasa ingin tahu dan kreativitas.

Dalam proses ecoprint, peserta didik memanfaatkan berbagai jenis daun dan bunga sebagai sumber pigmen alami. Daun dan kelopak diposisikan di atas kain, kemudian dipukul perlahan menggunakan palu kayu. Tindakan ini menyebabkan sel tumbuhan pecah dan melepaskan pigmen seperti klorofil, karotenoid, dan antosianin, yang memberikan warna hijau, kuning-oranye, hingga merah keunguan. Warna-warna tersebut kemudian berikatan dengan serat kain melalui bantuan bahan fiksasi, sehingga motif menjadi permanen dan tidak mudah luntur.

Lebih dari sekadar eksperimen warna, kegiatan ini membuka wawasan baru mengenai struktur sel tumbuhan dan kandungan pigmen yang ada di dalamnya. Siswa belajar secara langsung bagaimana sains bekerja, mulai dari pengamatan bentuk daun, tekstur, hingga reaksi warna yang muncul saat digunakan pada proses ecoprint. Pembelajaran kontekstual seperti ini terbukti membuat konsep IPA terasa lebih dekat dan mudah dipahami.

Tidak hanya aspek akademis yang berkembang, kegiatan ecoprint juga menumbuhkan nilai kreativitas, kerja sama, dan kepedulian lingkungan. Siswa belajar memanfaatkan bahan alami di sekitar mereka tanpa merusak alam, sekaligus memahami pentingnya pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Mereka menyadari bahwa keindahan dapat tercipta dari sesuatu yang sederhana dan ramah lingkungan.

Melalui program ini, sekolah berharap siswa tidak hanya memahami sains secara teori, tetapi juga melihat bagaimana ilmu pengetahuan dapat diterapkan untuk menghasilkan karya nyata yang bermakna. Ecoprint menjadi bukti bahwa belajar bisa menyenangkan, inspiratif, dan berdampak positif bagi masa depan bumi. Karena ketika anak-anak mencintai alam sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang menjaga dan menghargainya. (Dids)